Minggu, 30 Desember 2018

was was


Alhamdulillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, wa ba’du,
Salah satu diantara senjata iblis untuk merusak manusia adalah penyakit was-was. Penyakit ini dia sematkan di hati hamba Allah untuk menimbulkan keraguan. Dengan metode ini, setan bisa dengan mudah menggiring seorang muslim untuk mengulang-ulang ibadahnya. Ada yang mandi besar sampai sekitar 1 jam, ada yang mengulang-ulang gerakan wudhu karena merasa ada bagian yang kering, ada yang berwudhu berkali-kali karena merasa ada yang keluar dari dubur, ada yang buang air kecil setengah jam karena merasa tidak tuntas, ada yang gonta-ganti celana karena merasa ada yang menetes, ada yang mengulang-ulang takbiratul ihram karena merasa belum niat, ada yang membaca Al-Fatihah berulang-ulang dengan susah karena merasa tidak benar, bahkan sampai ada yang teriak-teriak: saya tidak mentalak istri, karena menyangka telah melontarkan kalimat cerai, dst.

Subhanallah…, Anda bisa bayangkan, sungguh betapa malangnya mereka. Untuk bisa melakukan satu ibadah, dia harus susah payah mengulang-ulang karena perasaan tidak tenang. Penyakit was-was selalu menggelayuti hatinya dalam beribadah. Kira-kira, apa tujuan setan dengan godaan semacam ini?
Kemungkinan besar, tujuannya adalah agar orang itu merasa bosan dan keberatan dalam melakukan ibadah itu, kemudian dia tinggalkan. Atau setidaknya, perbuatan seperti ini termasuk takalluf (membebani diri) yang terlarang. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ
Sesungguhnya agama itu mudah, tidaklah seseorang memberat-beratkan dirinya dalam beragama kecuali dia akan terkalahkan.” (HR. Bukhari 39, An-Nasai 5034, dll).
Dan benarlah apa yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setiap orang yang membebani dirinya dalam beramal, berujung pada sikap bosan atau bahkan membenci amal ibadah.
Cara Mengobati Was-was
Setelah kita yakin bahwa penyakit was-was adalah godaan iblis, untuk selanjutnya kita perlu berusaha mencari solusi agar bisa terbebas dari masalah ini.
Ada beberapa saran yang disampaikan ulama untuk mengobati was-was:
Petama, Tidak peduli
Obat yang paling mujarab untuk menghilangkan was-was adalah sikap tidak peduli. Tidak mengambil pusing setiap keraguan yang muncul.
Ahmad al-Haitami ketika ditanya tentang penyakit was-was, adakah obatnya? Beliau mengatakan,
له دواء نافع وهو الإعراض عنها جملة كافية ، وإن كان في النفس من التردد ما كان – فإنه متى لم يلتفت لذلك لم يثبت بل يذهب بعد زمن قليل كما جرب ذلك الموفقون , وأما من أصغى إليها وعمل بقضيتها فإنها لا تزال تزداد به حتى تُخرجه إلى حيز المجانين بل وأقبح منهم , كما شاهدناه في كثيرين ممن ابتلوا بها وأصغوا إليها وإلى شيطانها
Ada obat yang paling mujarab untuk penyakit ini, yaitu tidak peduli secara keseluruhan. Meskipun dalam dirinya muncul keraguan yang hebat. Karena jika dia tidak perhatikan keraguan ini, maka keraguannya tidak akan menetap dan akan pergi dengan sendiri dalam waktu yang tidak lama. Sebagaimana cara ini pernah dilakukan oleh mereka yang mendapat taufiq untuk lepas dari was-was. Sebaliknya, orang yang memperhatikan keraguan yang muncul dan menuruti bisikan keraguannya, maka dorongan was-was itu akan terus bertambah, sampai menyebabkan dirinya sepertiorang gila atau lebih parah dari orang gila. Sebagaimana yang pernah kami lihat pada banyak orang yang mengalami cobaan keraguan ini, sementara dia memperhatikan bisikan was-wasnya dan ajakan setannya (al-Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubro, 1:149).
Kedua, mengambil sikap kebalikannya
Bentuk tidak mempedulikan perasaan was-was dalam hati adalah dengan mengambil sikap kebalikannya. Misalnya, seorang berwudhu, kemudian muncul keraguan seolah ada yang keluar dari dubur. Untuk mengobati was-was ini, keraguan itu tidak perlu dia perhatikan dan dia yakini wudhunya sah dan dia tidak kentut dan tidak batal sedikitpun. Atau orang yang takbiratul ihram, kemudian muncul keraguan tentang niat, maka dia yakini niatnya sudah benar, dan shalatnya sah. Demikian pula kasus orang yang merasa ada yang menetes setelah buang air kecil, ketika hendak shalat. Untuk mengobati penyakit ini, dia yakini bahwa itu bukan air kencing, itu tidak najis, dan wudhu tidak batal. Sehingga dia bisa shalat dengan tenang. Kecuali jika yang terjadi betul-betul meyakinkan, seperti keluar bunyi kentut, atau keluar air kencing dalam jumlah banyak, bukan hanya tetesan, dst. Dalam kondisi ini, anda harus mengulangi.
Ini sebagaimana yang disarankan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam hadis dari Abbad bin Tamim, dari pamannya, bahwa ada seseorang yang pernah mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang penyakit was-was yang dia alami. Dia dibayangi seolah-olah mengeluarkan kentut ketika shalat. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَنْصَرِفْ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا
Janganlah dia membatalkan shalatnya, sampai dia mendengar suara kentut atau mencium baunya.” (HR. Bukhari 137 dan Muslim 361).
Hadis ini berlaku bagi orang yang mengalami penyakit was-was, merasa keluar sesuatu terutama ketika shalat. Dia disarankan mengambil sikap yang berkebalikan dengan keraguannya, kecuali jika dia sangat yakin bahwa itu memang betul-betul terjadi.
Ketiga, Terus Berlatih dengan Sabar
Untuk bisa menghilangkan penyakit was-was ini, tidak mungkin hanya dilakukan sekali. Perlu banyak latihan dan bersabar untuk selalu cuek dengan keraguan yang muncul. Sampai gangguan itu betul-betul hilang.
Salah satu motivasi yang bisa dia tumbuhkan dalam hatinya, yakini bahwa ini bisikan setan, dan usahanya untuk menghilangkan godaan ini adalah dalam rangka melawan setan. Ahmad al-Haitami menukil keterangan al-Iz bin Abdus Salam dan ulama lainnya,
وذكر العز بن عبد السلام وغيره نحو ما قدمته فقالوا : دواء الوسوسة أن  يعتقد أن ذلك خاطر شيطاني , وأن إبليس هو الذي أورده عليه وأنه يقاتله , فيكون له ثواب المجاهد ; لأنه يحارب عدو الله , فإذا استشعر ذلك فر عنه
Al-Iz bin Abdus Salam dan ulama lainnya juga menjelaskan sebagaimana yang telah aku sebutkan. Mereka menyatakan, “Obat penyakit was-was: hendaknya dia meyakini bahwa hal itu adalah godaan setan, dan dia yakin bahwa yang mendatangkan itu adalah iblis, dan dia sedang melawan iblis. Sehingga dia mendapatkan pahala orang yang berjihad. Karena dia sedang memerangi musuh Allah. Jika dia merasa ada keraguan, dia akan segera menghindarinya..” (al-Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubro, 1:150).
Anda yang mengidap was-was sedang berada dalam ujian. Jika perjuangan melawan godaan ini disertai perasaan ikhlas karena Allah dan mencontoh sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti hadis di atas maka insyaaAllah nilainya pahala.
Keempat, banyak berlindung dari godaan setan
Karena godaan ini bersumber dari setan, obat yang tidak kalah penting, banyak berlindung dari godaan setan. Dari sahabat Utsman bin Abul Ash, bahwa beliau mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengadukan, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya setan telah menghalangi aku dengan shalatku (tidak bisa khusyu), dan bacaan shalatnya sampai keliru-keliru.’ Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خَنْزَبٌ، فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللهِ مِنْهُ، وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلَاثًا
Itulah setan, namanya Khanzab. Jika engkau merasa sedang digoda setan maka mintalah perlilndungan kepada Allah darinya, dan meludahlah ke arah kiri 3 kali.” (HR. Muslim 2203). Utsman mengatakan, ‘Aku pun melakukan saran beliau dan Allah menghilangkan gangguan itu dariku.’
Salah satu diantara usaha melindungi diri dari setan adalah merutinkan dzikir pagi dan sore. Karena salah satu keutamaan merutinkan dzikir ini adalah perlindungan dari semua godaan setan.
Kelima, pelajari cara ibadah yang benar
Karena sebagian besar orang yang mengidap penyakit was-was adalah mereka yang tidak memiliki pemahaman yang benar tentang tata cara ibadah yang benar. Kemudian dia beribadah sesuai perasaannya. Apa yang dia rasakan mantep, itu yang dianggap benar, meskipun bisa jadi bertentangan dengan ajaran syariat.
Berbeda dengan orang yang memahami tata cara ibadah denagn benar. Semua yang akan dia lakukan, telah disesuaikan dengan standar sunah yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga dia bisa sangat yakin, bahwa amal ibadah yang dia lakukan telah benar.
Ahmad al-Haitami mengatakan,
وبه تعلم صحة ما قدمته أن الوسوسة لا تُسلط إلا على من استحكم عليه الجهل والخبل وصار لا تمييز له , وأما من كان على حقيقة العلم والعقل فإنه لا يخرج عن الاتباع ولا يميل إلى الابتداع . وأقبح المبتدعين الموسوسون ومن ثم قال مالك – رحمه الله – عن شيخه ربيعة – إمام أهل زمنه – : كان ربيعة أسرع الناس في أمرين في الاستبراء والوضوء , حتى لو كان غيره – قلت : ما فعل . ( لعله يقصد بقوله : ( ما فعل ) أي لم يتوضأ )
Dari keterangan di atas, anda bisa mengetahui apa yang telah aku sampaikan, bahwa was-was hanya akan mendatangi orang yang diliputi kebodohan dan tidak paham, sehingga menjadi orang yang tidak punya kemampuan untuk membedakan. Sementara orang yang berada di atas ilmu dan akal yang hakiki maka dia tidak akan keluar dari ittiba’ (mengikuti sunah) dan tidak cenderung ke bid’ah. Ahli bid’ah yang yang paling jelek adalah adalah orang yang terjangkiti penyakit was-was. Karena itulah, Imam Malik pernah bercerita tentang gurunya, Rabi’ah – ulama bersar Madinah – bahwa beliau adalah orang paling cepat dalam melakukan dua hal: buang air kecil dan berwudhu. Sehingga andaikan itu dilakukan oleh orang lain, niscaya akan aku (Imam Malik) katakan, ‘Dia belum melakukannya’.  Yang dimaksud Imam Malik ‘dia belum melakukannya’ adalah belum dianggap berwudhu. (al-Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubro, 1/150).
Disamping semua usaha di atas, jangan lupa banyak berdoa kepada Allah, memohon dengan bahasa yang anda pahami, agar Allah membebaskan anda dari penyakit akut semacam ini. Semoga Allah memudahkan kita untuk meniti jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allahu a’lam 

Kamis, 27 Desember 2018

Beriman Kepada Hari Akhir Beserta Tanda-Tandanya


الإيمان باليوم الاخر, وكل ما صح فيه من الأخبار وبما يتقدمه من العلامات والأشراط.
Beriman kepada hari akhir, dan kepada berita-berita yang shahih tentang hari akhir, serta beriman kepada tanda-tandanya yang mengawalinya. (Mujmal Ushul Ahlissunah karya Dr. Nashir al-‘Aql)
Penjelasan:
Hari akhir adalah hari ketika manusia dibangkitkan untuk dihisab dan diberi pembalasan. Dinamakan hari akhir, karena tidak ada lagi hari setelahnya, dimana penghuni surga menempati tempatnya dan penghuni neraka menempati tempatnya.
Termasuk beriman kepada hari akhir adalah beriman kepada tanda-tandanya.
Tanda-Tanda Hari Kiamat
Tanda kiamat ada dua, yaitu: Tanda kecil dan Tanda besar.
Tanda kecil maksudnya tanda yang menunjukkan sudah dekatnya hari kiamat.
Tanda Besar maksudnya tanda yang menunjukkan sudah sangat dekatnya hari kiamat, dimana bila sudah tiba salah satunya, maka akan diiringi dengan tanda berikutnya, seperti untaian mutiara yang terputus talinya (yakni keluar secara beriringan).
Contoh Tanda-Tanda Kecil
·         Munculnya orang yang mengaku nabi, diangkatnya ilmu, banyak terjadi gempa bumi, pendeknya waktu, banyak fitnah, dan banyaknya pembunuhan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَقْتَتِلَ فِئَتَانِ عَظِيمَتَانِ ، يَكُونُ بَيْنَهُمَا مَقْتَلَةٌ عَظِيمَةٌ ، دَعْوَتُهُمَا وَاحِدَةٌ ، وَحَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ ، قَرِيبٌ مِنْ ثَلاَثِينَ ، كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ ، وَحَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ ، وَتَكْثُرَ الزَّلاَزِلُ ، وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ ، وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ ، وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ وَهْوَ الْقَتْلُ ، …
Kiamat tidak akan terjadi sampai dua pasukan besar saling berperang, terjadi pertempuran dahsyat di antara keduanya, padahal yang diserukan oleh keduanya satu[1]. Demikian juga (tidak akan terjadi kiamat) sampai muncul para dajjal pendusta yang jumlahnya hampir tiga puluh. Mereka semua mengaku sebagai rasul Allah. Demikian juga sampai ilmu dicabut[2], terjadi banyak gempa bumi, waktu semakin cepat, terjadi banyak fitnah, terjadi banyak pembunuhan…dst.” (HR. Bukhari)
·         Banyak umat memperebutkan sumber daya kaum muslimin.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“يُوْشِكُ اْلأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا” فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: “بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَلَيَنْزِعَنَّ اللّهُ مِنْ صُدُوْرِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَلَيَقْذِفُنَّ اللّهُ فِي قُلُوْبِكُمُ الْوَهْنَ” فَقَالَ قَائِلٌ: يَارَسُوْلَ اللّهِ، وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ: “حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ”.
Nyaris tiba saatnya banyak umat yang memperebutkan kalian, seperti orang-orang yang makan memperebutkan hidangannya.” Ada seorang yang bertanya, Apakah ketika itu, kita sedikit? Beliau menjawab: “Bahkan ketika itu, kalian berjumlah banyak, akan tetapi kalian seperti buih di atas aliran air. Sungguh, Allah akan mencabut rasa takut dari dada musuh kalian terhadap kalian dan menimpakan penyakit wahn kepada kalian.” Lalu ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah! Apa penyakit wahn itu?” Beliau menjawab: “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani berdasarkan keseluruhan jalannya)
·         Orang-orang bermegah-megahan dengan masjid.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مِنْ أشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَتَبَاهَى النَّاسُ فِي الْمَسَاجِدِ
Di antara tanda-tanda kiamat adalah orang-orang bermegah-megahan dengan (bangungan) masjid.” (HR. Nasa’i, dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami’ No. 5895)
·         Munculnya wanita-wanita berpakaian tapi telanjang dan para algojo zalim.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا » .
Ada dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat sebelumnya, yaitu: orang-orang yang membawa cemeti seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk mencambuki manusia dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, yang bergoyang dan membuat orang lain ikut bergoyang. Kepala mereka mirip punuk unta yang miring. Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium wanginya, padahal wanginya bisa dicium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim)
·         Meluasnya perzinaan dan wanita lebih banyak daripada laki-laki.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنَّ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَظْهَرَ الْجَهْلُ ، وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ ، وَيَظْهَرَ الزِّنَا ، وَيَقِلَّ الرِّجَالُ ، وَيَكْثُرَ النِّسَاءُ ، حَتَّى يَكُونَ لِلْخَمْسِينَ امْرَأَةً الْقَيِّمُ الْوَاحِدُ » .
Termasuk tanda kiamat adalah diangkatnya ilmu dan merebaknya kebodohan (terhadap agama), khamr diminum, zina semakin nampak, laki-laki sedikit dan wanita lebih banyak, sehingga untuk lima puluh wanita hanya ada seorang laki-laki yang mengurus.” (HR. Bukhari)
·         Riba merajalela
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ يَظْهَرُ الرِّبَا
Menjelang kiamat, riba merajalela.” (HR. Thabrani, Al Mundziri berkata: “Para perawinya shahih”)
·         Wanita melahirkan tuannya dan manusia berlomba-lomba meninggikan bangunan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya malaikat Jibril tentang tanda-tanda hari kiamat, Beliau menjawab:
أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ
Jika seorang budak melahirkan tuannya dan jika kamu melihat orang yang sebelumnya tidak beralas kaki dan tidak berpakaian, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunan.” (HR. Muslim)
·         Amanah disia-siakan dengan diserahkan urusan kepada yang bukan ahlinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِذَا ضُيِّعَتِ الأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ » . قَالَ : كَيْفَ إِضَاعَتُهَا ؟ قَالَ :« إِذَا وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ.
Apabila amanah disia-siakan, maka tunggulah kiamat.” Ada yang bertanya, “Bagaimana menyia-nyiakannya?” Beliau menjawab: “Apabila urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat.” (HR. Bukhari)
·         Maraknya musik dan meminum minuman keras serta anggapan halal mengenainya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
سَيَكُوْنُ فِي آخِرِ الزَّمَاِن خَسْفٌ وَ قَذْفٌ وَ مَسْخٌ إِذَا ظَهَرَتِ الْمَعَازِفُ وَ الْقَيْنَاتُ وَ اسْتُحِلَّتِ الْخَمْرُ
Akan ada di akhir zaman penenggelaman bumi, hujan batu dan pengubahan rupa, ketika musik dan para penyanyi marak, serta ketika khamr dianggap halal.” (HR. Ibnu Majah dan Thabrani, Shahihul Jami’ no. 3665)
لَيَكُوْنُنَّ فِي أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّوْنَ الْحِرَ وَ الْحَرِيْرَ وَ الْخَمْرَ وَ الْمَعَازِفَ
Akan ada pada umatku orang-orang yang akan menganggap halal zina, sutera, khamr dan alat musik.” (HR. Bukhari dan Abu Dawud, Shahihul Jami’ no. 5466)
·         Maraknya ucapan kotor, pemutusan silaturrahim, dan buruknya kehidupan bertetangga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ الْفُحْشُ وَ التَّفَحُّشُ وَ قَطِيْعَةُ الرَّحِمِ وَ تَخْوِيْنُ اْلأَمِيْنِ وَ ائْتِمَانُ الْخَائِنِ
Di antara tanda kiamat adalah maraknya ucapan kotor, kebiasaan berbicara kotor, pemutusan silaturrahim, dianggap khianat orang yang amanah dan dipercayanya orang yang khianat.” (HR. Thabrani dalam Al Awsath, Shahihul Jami’ no. 5894)
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يَظْهَرَ الْفُحْشُ وَ التَّفَحُّشُ وَ قَطِيْعَةُ الرَّحِمِ وَسُوْءُ الْمُجَاوَرَةِ
Kiamat tidak akan terjadi sampai maraknya ucapan kotor, kebiasaan berkata kotor, pemutusan silaturrahim dan buruknya hubungan bertetangga.” (HR. Ahmad dan Hakim, dishahihkannya dan dishahihkan oleh Adz Dzahabi)
·         Banyak kematian mendadak
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ مِنْ اَمَارَاتِ السَّاعَةِ…..أَنْ يَظْهَرَ مَوْتُ الْفَجْأَةِ
Sesungguhnya di antara tanda kiamat adalah….maraknya kematian mendadak.” (HR. Thabrani dalam alAwsath dan adh-Dhiya, dihasankan oleh al-Albani)
·         Menginginkan kematian karena beratnya penderitaan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ بِقَبْرِ الرَّجُلِ فَيَقُولُ : يَالَيْتَنِى مَكَانَهُ » .
Kiamat tidak akan terjadi sampai ada seorang yang melewati kubur seseorang lalu berkata, “Duhai, andaikata aku menggantikan posisinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
·         Akan berperangnya kaum muslimin dengan orang-orang Yahudi dan menangnya kaum muslimin dalam peperangan tersebut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمُ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِىُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوِ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِىٌّ خَلْفِى فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ . إِلاَّ الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ » .
Kiamat tidak akan terjadi sampai kaum muslimin berperang dengan orang-orang Yahudi, sehingga orang Yahudi berlindung di balik batu dan pohon, maka batu atau pohon berkata, “Wahai muslim, wahai hamba Allah! Ini orang Yahudi berada di belakangku, maka bunuhlah dia”, selain pohon Gharqad, karena pohon tersebut adalah pohon orang-orang Yahudi.” (HR. Muslim)
Ditulis oleh ustadz Marwan bin Musa
Maraji’: Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama’ah (Dr. Nashir bin Abdul Karim Al ‘Aql), Waqafat Haasimah baina yaday amaaraatis saa’ah al aatiyah (Sa’id Abdul ‘Azhim-ter.j) dll.
Keterangan:
[1] Menurut al-Hafizh Ibnu Hajar, dua pasukan besar tesebut adalah pasukan pro Ali dan pasukan pro Mu’awiyah. Peperangan dahsyat tersebut adalah Perang Shiffin.
[2] Yakni dengan diwafatkannya para ulama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu secara langsung dengan mencabutnya dari para hamba. Akan tetapi, Dia mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga. Ketika tidak ada lagi ulama, manusia menjadikan orang-orang bodoh sebagai para tokoh. Mereka pun ditanya, lalu mereka menjawab tanpa ilmu, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan (yang lain).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Menghadapi taqdir yang buruk

Bukanlah yang dimaksud dengan kata takdir dalam frasa “takdir buruk” pada judul di atas adalah perbuatan Allah menakdirkan suatu peristiwa....