Alhamdulillah
was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, wa ba’du,
Salah
satu diantara senjata iblis untuk merusak manusia adalah penyakit was-was. Penyakit ini dia sematkan
di hati hamba Allah untuk menimbulkan keraguan. Dengan metode ini, setan bisa
dengan mudah menggiring seorang muslim untuk mengulang-ulang ibadahnya. Ada
yang mandi besar sampai sekitar 1 jam, ada yang mengulang-ulang gerakan wudhu
karena merasa ada bagian yang kering, ada yang berwudhu berkali-kali karena
merasa ada yang keluar dari dubur, ada yang buang air kecil setengah jam karena
merasa tidak tuntas, ada yang gonta-ganti celana karena merasa ada yang
menetes, ada yang mengulang-ulang takbiratul ihram karena merasa belum niat,
ada yang membaca Al-Fatihah berulang-ulang dengan susah karena merasa tidak
benar, bahkan sampai ada yang teriak-teriak: saya tidak mentalak istri, karena
menyangka telah melontarkan kalimat cerai, dst.
Subhanallah…, Anda bisa bayangkan, sungguh betapa malangnya mereka. Untuk bisa melakukan satu ibadah, dia harus susah payah mengulang-ulang karena perasaan tidak tenang. Penyakit was-was selalu menggelayuti hatinya dalam beribadah. Kira-kira, apa tujuan setan dengan godaan semacam ini?
Subhanallah…, Anda bisa bayangkan, sungguh betapa malangnya mereka. Untuk bisa melakukan satu ibadah, dia harus susah payah mengulang-ulang karena perasaan tidak tenang. Penyakit was-was selalu menggelayuti hatinya dalam beribadah. Kira-kira, apa tujuan setan dengan godaan semacam ini?
Kemungkinan
besar, tujuannya adalah agar orang itu merasa bosan dan keberatan dalam
melakukan ibadah itu, kemudian dia tinggalkan. Atau setidaknya, perbuatan
seperti ini termasuk takalluf (membebani diri) yang terlarang.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ
أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ
“Sesungguhnya
agama itu mudah, tidaklah seseorang memberat-beratkan dirinya dalam beragama
kecuali dia akan terkalahkan.” (HR. Bukhari 39, An-Nasai 5034, dll).
Dan
benarlah apa yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Setiap orang yang membebani dirinya dalam beramal, berujung pada sikap bosan
atau bahkan membenci amal ibadah.
Cara Mengobati Was-was
Setelah
kita yakin bahwa penyakit was-was adalah
godaan iblis, untuk selanjutnya kita perlu berusaha mencari solusi agar bisa
terbebas dari masalah ini.
Ada
beberapa saran yang disampaikan ulama untuk mengobati was-was:
Petama, Tidak
peduli
Obat yang
paling mujarab untuk menghilangkan was-was adalah sikap tidak peduli. Tidak
mengambil pusing setiap keraguan yang muncul.
Ahmad
al-Haitami ketika ditanya tentang penyakit was-was, adakah obatnya? Beliau
mengatakan,
له دواء نافع وهو الإعراض عنها جملة كافية ، وإن
كان في النفس من التردد ما كان – فإنه متى لم يلتفت لذلك لم يثبت بل يذهب بعد زمن
قليل كما جرب ذلك الموفقون , وأما من أصغى إليها وعمل بقضيتها فإنها لا تزال تزداد
به حتى تُخرجه إلى حيز المجانين بل وأقبح منهم , كما شاهدناه في كثيرين ممن ابتلوا
بها وأصغوا إليها وإلى شيطانها
Ada obat
yang paling mujarab untuk penyakit ini, yaitu tidak peduli secara keseluruhan.
Meskipun dalam dirinya muncul keraguan yang hebat. Karena jika dia tidak
perhatikan keraguan ini, maka keraguannya tidak akan menetap dan akan pergi
dengan sendiri dalam waktu yang tidak lama. Sebagaimana cara ini pernah
dilakukan oleh mereka yang mendapat taufiq untuk lepas dari was-was.
Sebaliknya, orang yang memperhatikan keraguan yang muncul dan menuruti bisikan
keraguannya, maka dorongan was-was itu akan terus bertambah, sampai menyebabkan
dirinya sepertiorang gila atau lebih parah dari orang gila. Sebagaimana yang
pernah kami lihat pada banyak orang yang mengalami cobaan keraguan ini,
sementara dia memperhatikan bisikan was-wasnya dan ajakan setannya (al-Fatawa
al-Fiqhiyah al-Kubro, 1:149).
Kedua,
mengambil sikap kebalikannya
Bentuk
tidak mempedulikan perasaan was-was dalam hati adalah dengan mengambil sikap
kebalikannya. Misalnya, seorang berwudhu, kemudian muncul keraguan seolah ada
yang keluar dari dubur. Untuk mengobati was-was ini, keraguan itu tidak perlu
dia perhatikan dan dia yakini wudhunya sah dan dia tidak kentut dan tidak batal
sedikitpun. Atau orang yang takbiratul ihram, kemudian muncul keraguan tentang
niat, maka dia yakini niatnya sudah benar, dan shalatnya sah. Demikian pula
kasus orang yang merasa ada yang menetes setelah buang air kecil, ketika hendak
shalat. Untuk mengobati penyakit ini, dia yakini bahwa itu bukan air kencing,
itu tidak najis, dan wudhu tidak batal. Sehingga dia bisa shalat dengan tenang.
Kecuali jika yang terjadi betul-betul meyakinkan, seperti keluar bunyi kentut,
atau keluar air kencing dalam jumlah banyak, bukan hanya tetesan, dst. Dalam
kondisi ini, anda harus mengulangi.
Ini
sebagaimana yang disarankan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
dalam hadis dari Abbad bin Tamim, dari pamannya, bahwa ada seseorang yang
pernah mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang
penyakit was-was yang dia alami. Dia dibayangi seolah-olah mengeluarkan kentut
ketika shalat. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَنْصَرِفْ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ
يَجِدَ رِيحًا
“Janganlah
dia membatalkan shalatnya, sampai dia mendengar suara kentut atau mencium
baunya.” (HR. Bukhari 137 dan Muslim 361).
Hadis ini
berlaku bagi orang yang mengalami penyakit was-was, merasa keluar sesuatu
terutama ketika shalat. Dia disarankan mengambil sikap yang berkebalikan dengan
keraguannya, kecuali jika dia sangat yakin bahwa itu memang betul-betul
terjadi.
Ketiga, Terus
Berlatih dengan Sabar
Untuk
bisa menghilangkan penyakit was-was ini, tidak mungkin hanya dilakukan sekali.
Perlu banyak latihan dan bersabar untuk selalu cuek dengan keraguan yang
muncul. Sampai gangguan itu betul-betul hilang.
Salah
satu motivasi yang bisa dia tumbuhkan dalam hatinya, yakini bahwa ini bisikan
setan, dan usahanya untuk menghilangkan godaan ini adalah dalam rangka melawan
setan. Ahmad al-Haitami menukil keterangan al-Iz bin Abdus Salam dan ulama
lainnya,
وذكر العز بن عبد السلام وغيره نحو ما قدمته
فقالوا : دواء الوسوسة أن يعتقد أن ذلك خاطر شيطاني , وأن إبليس هو الذي
أورده عليه وأنه يقاتله , فيكون له ثواب المجاهد ; لأنه يحارب عدو الله , فإذا
استشعر ذلك فر عنه
Al-Iz bin
Abdus Salam dan ulama lainnya juga menjelaskan sebagaimana yang telah aku
sebutkan. Mereka menyatakan, “Obat penyakit was-was: hendaknya dia meyakini
bahwa hal itu adalah godaan setan, dan dia yakin bahwa yang mendatangkan itu
adalah iblis, dan dia sedang melawan iblis. Sehingga dia mendapatkan pahala orang
yang berjihad. Karena dia sedang memerangi musuh Allah. Jika dia merasa ada
keraguan, dia akan segera menghindarinya..” (al-Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubro,
1:150).
Anda yang
mengidap was-was sedang berada dalam ujian. Jika perjuangan melawan godaan ini disertai
perasaan ikhlas karena Allah dan mencontoh sunah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam seperti hadis di atas maka insyaaAllah nilainya
pahala.
Keempat, banyak
berlindung dari godaan setan
Karena
godaan ini bersumber dari setan, obat yang tidak kalah penting, banyak
berlindung dari godaan setan. Dari sahabat Utsman bin Abul Ash, bahwa beliau
mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengadukan,
‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya setan telah menghalangi aku dengan shalatku
(tidak bisa khusyu), dan bacaan shalatnya sampai keliru-keliru.’ Kemudian
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خَنْزَبٌ، فَإِذَا
أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللهِ مِنْهُ، وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلَاثًا
“Itulah
setan, namanya Khanzab. Jika engkau merasa sedang digoda setan maka mintalah
perlilndungan kepada Allah darinya, dan meludahlah ke arah kiri 3 kali.”
(HR. Muslim 2203). Utsman mengatakan, ‘Aku pun melakukan saran beliau dan Allah
menghilangkan gangguan itu dariku.’
Salah
satu diantara usaha melindungi diri dari setan adalah merutinkan dzikir pagi
dan sore. Karena salah satu keutamaan merutinkan dzikir ini adalah perlindungan
dari semua godaan setan.
Kelima,
pelajari cara ibadah yang benar
Karena
sebagian besar orang yang mengidap penyakit was-was adalah mereka yang tidak
memiliki pemahaman yang benar tentang tata cara ibadah yang benar. Kemudian dia
beribadah sesuai perasaannya. Apa yang dia rasakan mantep, itu yang dianggap
benar, meskipun bisa jadi bertentangan dengan ajaran syariat.
Berbeda
dengan orang yang memahami tata cara ibadah denagn benar. Semua yang akan dia
lakukan, telah disesuaikan dengan standar sunah yang dicontohkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga dia bisa sangat
yakin, bahwa amal ibadah yang dia lakukan telah benar.
Ahmad
al-Haitami mengatakan,
وبه تعلم صحة ما قدمته أن الوسوسة لا تُسلط إلا
على من استحكم عليه الجهل والخبل وصار لا تمييز له , وأما من كان على حقيقة العلم
والعقل فإنه لا يخرج عن الاتباع ولا يميل إلى الابتداع . وأقبح المبتدعين
الموسوسون ومن ثم قال مالك – رحمه الله – عن شيخه ربيعة – إمام أهل زمنه – : كان
ربيعة أسرع الناس في أمرين في الاستبراء والوضوء , حتى لو كان غيره – قلت : ما فعل
. ( لعله يقصد بقوله : ( ما فعل ) أي لم يتوضأ )
Dari
keterangan di atas, anda bisa mengetahui apa yang telah aku sampaikan, bahwa
was-was hanya akan mendatangi orang yang diliputi kebodohan dan tidak paham,
sehingga menjadi orang yang tidak punya kemampuan untuk membedakan. Sementara
orang yang berada di atas ilmu dan akal yang hakiki maka dia tidak akan keluar
dari ittiba’ (mengikuti sunah) dan tidak cenderung ke bid’ah. Ahli bid’ah yang
yang paling jelek adalah adalah orang yang terjangkiti penyakit was-was. Karena
itulah, Imam Malik pernah bercerita tentang gurunya, Rabi’ah – ulama bersar
Madinah – bahwa beliau adalah orang paling cepat dalam melakukan dua hal: buang
air kecil dan berwudhu. Sehingga andaikan itu dilakukan oleh orang lain,
niscaya akan aku (Imam Malik) katakan, ‘Dia belum melakukannya’. Yang
dimaksud Imam Malik ‘dia belum melakukannya’ adalah belum dianggap berwudhu. (al-Fatawa
al-Fiqhiyah al-Kubro, 1/150).
Disamping
semua usaha di atas, jangan lupa banyak berdoa kepada Allah, memohon dengan
bahasa yang anda pahami, agar Allah membebaskan anda dari penyakit akut semacam
ini. Semoga Allah memudahkan kita untuk meniti jalan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Allahu
a’lam