Di antara orang yang
dido‘akan dengan kejelekan oleh para Malaikat adalah orang-orang yang pelit
untuk berinfak di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, telah berlalu dalil-dalil
yang menunjukkan hal tersebut, di antaranya adalah:
Imam al-Bukhari dan Imam
Muslim telah meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata,
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ
الْعِبَادُ فِيْهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا:
اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُوْلُ اْلآخَرُ: اَللَّهُمَّ أَعْطِ
مُمْسِكًا تَلَفًا.
‘Tidak satu hari pun
dimana seorang hamba berada padanya kecuali dua Malaikat turun kepadanya. Salah
satu di antara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti [1] bagi orang
yang berinfak.’ Sedangkan yang lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah
[2]harta orang yang kikir.'” [3]
Al-Malla ‘Ali al-Qari
berkata di dalam syarah hadits ini, “Yang dimaksud dengan ‘kikir’ di sini
adalah pelit memberikan kebaikan atau harta bagi yang lainnya.” [4]
Al-Hafizh Ibnu Hajar
rahimahullah berkata, “Adapun do’a dengan dihancurkan mempunyai makna bahwa
harta itu sendiri yang hancur atau pemilik harta tersebut, maksudnya adalah
hilangnya kebaikan karena sibuk dengan yang lainnya.”[5]
Para Imam, yaitu Imam
Ahmad, Ibnu Hibban, dan al-Hakim meriwayatkan dari Abud Darda’ Radhiyallahu
anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مَا طَلَعَتْ شَمْسٌ
قَطُّ إِلاَّ بُعِثَ بِجَنْبَتَيْهَا مَلَكَانِ يُنَادِيَانِ يُسْمِعَانِ أَهْلَ
اْلأَرْضِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ، يَا أَيُّهَا النَّاسُ هَلُمُّوْا إِلَى
رَبِّكُمْ فَإِنَّ مَا قَلَّ وَكَفَى خَيْرٌ مِمَّا كَثُرَ وَأَلْهَى وَلاَ آبَتْ
شَمْسٌ قَطٌّ إِلاَّ بُعِثَ بِجَنْبَتَيْهَا مَلَكَانِ يُنَادِيَانِ يُسْمِعَانِ
أَهْلَ اْلأَرْضِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ، اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا
وَأَعْطِ مُمْسِكًا مَالاً تَلَفًا.
“Tidaklah matahari
terbit kecuali diutus di dua sisinya dua Malaikat yang berseru. Semua penduduk
bumi mendengarkannya kecuali jin dan manusia, mereka berdua berkata, ‘Wahai
manusia menghadaplah kalian kepada Rabb kalian, karena yang sedikit dan cukup
itu tentu lebih baik daripada yang banyak tetapi dipakai untuk foya-foya, dan
tidaklah matahari terbenam kecuali diutus di antara dua sisinya dua Malaikat
yang berseru, semua penduduk bumi mendengarkannya kecuali jin dan manusia,
mereka berdua berkata: ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak dan
hancurkanlah harta orang yang pelit.’”[6]
Dua Imam, yaitu Ahmad
dan Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abi Hurairah Radhiyallahu anhu, dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
إِنَّ مَلَكًا بِبَابٍ
مِنْ أَبْوَابِ السَّمَاءِ يَقُوْلُ: مَنْ يُقْرِضِ الْيَوْمَ يُجْزَى غَدًا،
وَمَلَكًا بِبَابِ آخَرَ يَقُوْلُ: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا
وَعَجِّّلْ لِمُمْسِكٍ تَلَفًا.
“Sesungguhnya seorang
Malaikat yang ada di sebuah pintu dari pintu-pintu langit, berkata:
‘Barangsiapa meminjamkan pada hari ini, maka akan dibalas pada hari nanti.’ Dan
seorang Malaikat lagi yang berada pada pintu yang lain berkata, ‘Ya Allah,
berikanlah ganti bagi orang yang berinfak dan percepatlah kehancuran harta
orang yang pelit.’”[7]
Semoga dengan kemuliaan
Allah kepada kita semua, kita masuk ke dalam golongan orang-orang yang berinfak
yang dido‘akan dengan pengganti oleh para Malaikat, dan tidak dimasukkan ke
dalam golongan orang-orang pelit yang dido‘akan dengan kehancuran oleh para
Malaikat. Aamiin ya Dzal Jalaali wal Ikraam.
_______
Footnote
[1]. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Pengganti itu lebih baik disamarkan agar mencakup pengganti dalam bentuk harta dan pahala, karena berapa banyak orang yang berinfak mati sebelum dia mendapatkan balasan berupa harta di dunia, maka penggantinya adalah berupa pahala di akhirat, atau dia dihalangi dari kejelekan.” (Fat-hul Baari III/305)
[2]. Redaksi dengan ungkapan pemberian hanya merupakan gaya bahasa saja, karena jika harta itu dihancurkan, maka sesungguhnya hal tersebut bukanlah sebuah pemberian. (Ibid)
[3]. HR. Al-Bukhari, kitab az-Zakaah, bab Qauluhu Ta’aalaa: faman A’tha wat taqaa… (no. 1442) dan Muslim, kitab az-Zakaah bab Fil Munfiq wal Mumsik (no. 1010).
[4]. Mirqaatul Mafaatih (IV/366).
[5]. Fat-hul Baari (III/305).
[6]. HR. Ahmad (V/197), Ibnu Hibban (no. 686, 3329) dan al-Hakim (II/443).
[7]. HR. Ahmad (V/198) dan al-Hakim (II/445).
Footnote
[1]. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Pengganti itu lebih baik disamarkan agar mencakup pengganti dalam bentuk harta dan pahala, karena berapa banyak orang yang berinfak mati sebelum dia mendapatkan balasan berupa harta di dunia, maka penggantinya adalah berupa pahala di akhirat, atau dia dihalangi dari kejelekan.” (Fat-hul Baari III/305)
[2]. Redaksi dengan ungkapan pemberian hanya merupakan gaya bahasa saja, karena jika harta itu dihancurkan, maka sesungguhnya hal tersebut bukanlah sebuah pemberian. (Ibid)
[3]. HR. Al-Bukhari, kitab az-Zakaah, bab Qauluhu Ta’aalaa: faman A’tha wat taqaa… (no. 1442) dan Muslim, kitab az-Zakaah bab Fil Munfiq wal Mumsik (no. 1010).
[4]. Mirqaatul Mafaatih (IV/366).
[5]. Fat-hul Baari (III/305).
[6]. HR. Ahmad (V/197), Ibnu Hibban (no. 686, 3329) dan al-Hakim (II/443).
[7]. HR. Ahmad (V/198) dan al-Hakim (II/445).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar