Ini
adalah pelajaran berharga lebih-lebih lagi pada para pemuda dalam menghadapi
godaan syahwat di zaman ini.
Nabi
Yusuf bisa saja terjatuh dalam zina ketika digoda oleh permaisuri raja Mesir,
Zulaikha. Ada 14 alasan yang menunjukkan cobaannya sangat-sangat berat.
Alasan
pertama, tentu saja laki-laki punya ketertarikan pada wanita. Wanita
itulah ujian terbesar bagi pria. Sebagaimana hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang diriwayatkan dari Usamah Bin Zaid. Beliau bersabda,
مَا تَرَكْتُ بَعْدِى فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ
النِّسَاءِ
“Aku
tidak meninggalkan satu godaan pun yang lebih membahayakan para lelaki selain
fitnah wanita.” (HR. Bukhari, no. 5096 dan Muslim, no. 2740)
Berdasarkan
hadits di atas, Ibnu Hajar mengatakan bahwa wanita adalah godaan terbesar bagi
para pria dibanding lainnya. (Fath Al-Bari, 9: 138). Hal ini dikuatkan
oleh firman Allah Ta’ala,
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ
“Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita.” (QS. Ali Imran: 14)
Wanita
dalam ayat ini dijadikan bagian dari kecintaan pada syahwat. Wanita disebutkan
lebih dulu daripada anak dan kenikmatan dunia lainnya. Ini menunjukkan bahwa
wanita itu pokoknya, godaan terbesar adalah dari wanita. (Fath
Al-Bari, 9: 138).
Lihatlah
pula bahwa Bani Israil bisa hancur pula dikarenakan wanita.
فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ
فِتْنَةِ بَنِى إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِى النِّسَاءِ
“Waspadalah
dengan dunia, begitu pula dengan godaan wanita. Karena cobaan yang menimpa Bani
Israil pertama kalinya adalah karena sebab godaan wanita.” (HR. Muslim, no.
2742).
Lengkapnya
syahwat dunia terkumpul dalam ayat berikut dan disebutkan wanita lebih dahulu,
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ
وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ
وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآَبِ
“Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali
Imran: 14). Kata Syaikh As-Sa’di, hal-hal yang disebutkan dalam ayat ini adalah
syahwat dunia terbesar, yang lainnya hanyalah turunan atau ikutan dari syahwat
tersebut. (Tafsir As-Sa’di, hlm. 117)
Alasan
kedua, Nabi Yusuf ‘alaihis salam adalah seorang pemuda.
Seorang pemuda tentu memiliki gejolak syahwat yang lebih besar daripada orang
yang sudah tua.
Jika
seorang pemuda belum mampu menikah, untuk menahan syahwatnya disuruh berpuasa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ
فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai
para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah , maka menikahlah. Karena itu
lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang
belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu adalah pengekang syahwatnya yang
menggelora.” (HR. Bukhari no. 5065 dan Muslim no. 1400). Imam Nawawi rahimahullah memberikan
keterangan, adapun pengertian baa-ah sendiri adalah jima’
(hubungan intim), inilah makna baa-ah secara bahasa. Namun
yang dimaksud adalah mampu untuk berjima’ disertai dengan kemampuan memberi
nafkah terlebih dahulu. (Syarh Shahih Muslim, 9: 154)
Di
zaman seperti saat ini, kebutuhan untuk menikah bagi para pemuda lebih mendesak
lagi karena zaman sudah penuh dengan godaan, lebih-lebih lagi di medsos seperti
Facebook dan Youtube.
Alasan
ketiga, Nabi Yusuf ‘alaihis salam masih bujang, tentu
sangat bergelora syahwatnya dan tidak ada tempat pelampiasan seperti yang sudah
menikah.
Dari
Jabir bin ‘Abdillah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya
beliau pernah melihat seorang wanita, lalu ia mendatangi istrinya Zainab yang
saat itu sedang menyamak kulit miliknya. Lantas beliau menyelasaikan hajatnya
(dengan berjima’, hubungan intim), lalu keluar menuju para sahabatnya seraya
berkata,
إِنَّ الْمَرْأَةَ تُقْبِلُ فِى صُورَةِ شَيْطَانٍ وَتُدْبِرُ فِى صُورَةِ
شَيْطَانٍ فَإِذَا أَبْصَرَ أَحَدُكُمُ امْرَأَةً فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّ
ذَلِكَ يَرُدُّ مَا فِى نَفْسِهِ
“Sesungguhnya
wanita datang dalam rupa setan, dan pergi dalam rupa setan. Jika seorang di
antara kalian melihat seorang wanita yang menakjubkan (tanpa sengaja), maka
hendaknya ia mendatangi (bersetubuh dengan) istrinya, karena hal itu akan
menolak sesuatu (berupa syahwat) yang terdapat pada dirinya.” (HR. Muslim,
no. 1403). Kalau masih bujang, pada siapa ia melampiaskan syahwatnya. Karenanya
cobaan Nabi Yusuf sangat-sangat berat.
Alasan
keempat, Nabi Yusuf ‘alaihis salam tatkala itu adalah
seorang asing (gharib). Beliau berasal dari negeri Palestina yang saat itu
cukup jauh dari negeri Mesir tempat istana Zulaikha. Sebagaimana diketahui
bahwa berbuat kejahatan di daerah asing adalah lebih mudah daripada berbuat
jahat di tempat sendiri. Betapa banyak kita jumpai seorang yang memilih untuk
mencuri di luar kota daripada mencuri di kampung halamannya sendiri. Ini karena
jika seorang mencuri di kampung halamannya sendiri kemudian ketahuan maka dia
akan mempermalukan keluarga dan saudara-saudaranya. Seandainya Nabi Yusuf
bermaksiat tatkala itu, maka keluarga dan saudara-saudaranya di kampung halaman
tidak akan tahu dan tidak akan ada yang dipermalukan karena beliau jauh dari
kampung halamannya.
Pelajaran
penting, seorang yang merantau jauh dari keluarga, jauh dari istri, perlu
membentengi diri dari syahwat, lebih-lebih syahwat wanita.
Alasan
kelima adalah wanita yang menggoda Yusuf ‘alaihis salam adalah
seorang wanita yang cantik jelita.
Karenanya
perlu dijadikan pelajaran bahwa laki-laki harus waspada pada wanita cantik.
Wajib bagi pria menjauhi wanita cantik yang tidak halal lebih dari lainnya.
Termasuk juga para laki-laki harus waspada melihat gambar dan video wanita
semacam itu.
Alasan
keenam, Zulaikha yang menggoda adalah permaisuri raja (berarti wanita
terhormat) dan kaya.
Inilah
yang disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di
antara orang yang akan mendapatkan naungan Allah di hari kiamat kelak,
وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ :
إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ
“Seorang
laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi
cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah.’” (HR.
Bukhari, no. 660 dan Muslim, no. 1031)
Alasan
ketujuh, Zulaikha adalah majikannya. Tentu perintahnya mesti ditaati
oleh Yusuf. Inilah juga yang menunjukkan bahwa godaan pada Nabi Yusuf sangatlah
berat.
Alasan
kedelapan, sang wanitalah yang butuh pada Yusuf. Wanita tersebut tak
hanya mengeluarkan kata rayuan dan godaan saja tetapi juga mengungkapkan bahwa
dirinya telah siap melayani Yusuf.
Alasan
kesembilan, Zulaikhalah yang mulai menggoda Nabi Yusuf ‘alaihis salam.
Dan ini jarang terjadi di mana perempuan yang menggoda lebih dulu.
Lihatlah
yang dilakukan oleh Zulaikha,
وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ
وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ
رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
“Dan
wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk
menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata:
“Marilah ke sini.” Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku
telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada
akan beruntung.” (QS. Yusuf: 23)
Alasan
kesepuluh, adalah pintu-pintu kamar Zulaikha telah ditutup rapat.
Akhirnya mereka tinggal berdua, berkhalwat. Seorang pun tidak bisa masuk karena
pintu-pintu telah terkunci.
Alasan
kesebelas, adalah bahwa Yusuf telah lama tinggal di rumah Zulaikha
sehingga tatkala beliau bersama Zulaikha tidak akan ada seorang pun yang merasa
curiga atas keberadaan Yusuf bersama sang wanita tersebut karena memang Yusuf
telah dikenal dan dianggap sebagai anggota keluarga di istana tersebut.
Alasan
keduabelas, Nabi Yusuf ‘alaihis salam adalah seorang Nabi
yang sangat tampan. Seorang lelaki yang tampan akan memliki kecenderungan untuk
lebih percaya diri ketika hendak melayani rayuan seorang wanita.
Alasan
ketigabelas, adalah syahwat keduanya baik Yusuf maupun Zulaikha sama-sama
sudah mulai bangkit. Bagaimana pun juga, Nabi Yusuf adalah seorang manusia yang
juga dikaruniai oleh Allah syahwat kepada wanita. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَى بُرْهَانَ
رَبِّهِ كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ
عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ (24)
“Sesungguhnya
wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf
pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat
tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya
kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang
terpilih.” (QS. Yusuf: 24)
Maksud
ayat, Nabi Yusuf sudah punya keinginan untuk berjima’, begitu pula Zulaikha.
Kalau tidak dengan pertolongan Allah yang mencegahnya, pastilah terjadi
perzinaan tersebut.
Para
ulama seperti Al-Hasan Al-Bashri, Sa’id bin Jubair, Adh-Dhahak, As-Sudi, dan
umumnya pakar tafsir terdahulu berpendapat seperti itu. Demikian disebutkan
dalam Zaad Al-Masiir, 4: 203.
Alasan
keempatbelas, sang wanita mengancam Yusuf dengan penjara apabila Yusuf tidak
mau melayani kehendak wanita.
Mengenai Kisah Yusuf yang Digoda Zulaikha
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُ آَتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا
وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (22)
22- Dan
tatkala dia cukup dewasa Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah
Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ
وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ
رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ (23)
23- Dan
wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk
menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata:
“Marilah ke sini.” Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku
telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada
akan beruntung.
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَى بُرْهَانَ
رَبِّهِ كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا
الْمُخْلَصِينَ (24)
24-
Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf,
dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak
melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya
kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang
terpilih.
وَاسْتَبَقَا الْبَابَ وَقَدَّتْ قَمِيصَهُ مِنْ دُبُرٍ
وَأَلْفَيَا سَيِّدَهَا لَدَى الْبَابِ قَالَتْ مَا جَزَاءُ مَنْ أَرَادَ
بِأَهْلِكَ سُوءًا إِلَّا أَنْ يُسْجَنَ أَوْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (25)
25- Dan
keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf
dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka
pintu. Wanita itu berkata: “Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud
berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab
yang pedih?”
قَالَ هِيَ رَاوَدَتْنِي عَنْ نَفْسِي وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ
أَهْلِهَا إِنْ كَانَ قَمِيصُهُ قُدَّ مِنْ قُبُلٍ فَصَدَقَتْ وَهُوَ مِنَ
الْكَاذِبِينَ (26)
26-
Yusuf berkata: “Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)”, dan
seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya: “Jika baju
gamisnya koyak di muka, maka wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang-orang
yang dusta.
وَإِنْ كَانَ قَمِيصُهُ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ فَكَذَبَتْ وَهُوَ مِنَ
الصَّادِقِينَ (27)
27- Dan
jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita itulah yang dusta, dan Yusuf
termasuk orang-orang yang benar.”
فَلَمَّا رَأَى قَمِيصَهُ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ قَالَ إِنَّهُ مِنْ
كَيْدِكُنَّ إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ (28)
28-
Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang
berkatalah dia: “Sesungguhnya (kejadian) itu adalah di antara tipu daya kamu,
sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar.”
يُوسُفُ أَعْرِضْ عَنْ هَذَا وَاسْتَغْفِرِي لِذَنْبِكِ إِنَّكِ
كُنْتِ مِنَ الْخَاطِئِينَ (29)
29-
(Hai) Yusuf: “Berpalinglah dari ini, dan (kamu hai isteriku) mohon ampunlah
atas dosamu itu, karena kamu sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat
salah.”
وَقَالَ نِسْوَةٌ فِي الْمَدِينَةِ امْرَأَةُ الْعَزِيزِ تُرَاوِدُ
فَتَاهَا عَنْ نَفْسِهِ قَدْ شَغَفَهَا حُبًّا إِنَّا لَنَرَاهَا فِي ضَلَالٍ
مُبِينٍ (30)
30- Dan
wanita-wanita di kota berkata: “Isteri Al Aziz menggoda bujangnya untuk
menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu
adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang
nyata.”
فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ أَرْسَلَتْ إِلَيْهِنَّ
وَأَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَأً وَآَتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ سِكِّينًا
وَقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ
أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَذَا بَشَرًا إِنْ هَذَا إِلَّا مَلَكٌ
كَرِيمٌ (31)
31-
Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah
wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya
kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia
berkata (kepada Yusuf): “Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka.” Maka
tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa) nya,
dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: “Maha sempurna Allah, ini
bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia.”
قَالَتْ فَذَلِكُنَّ الَّذِي لُمْتُنَّنِي فِيهِ وَلَقَدْ
رَاوَدْتُهُ عَنْ نَفْسِهِ فَاسْتَعْصَمَ وَلَئِنْ لَمْ يَفْعَلْ مَا آَمُرُهُ
لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُونَنْ مِنَ الصَّاغِرِينَ (32)
32-
Wanita itu berkata: “Itulah dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik)
kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya
(kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati
apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan
termasuk golongan orang-orang yang hina.” (QS. Yusuf: 22-32)
Pelajaran Penting
1-
Cobaan yang dialami Nabi Yusuf dalam kisah ini lebih berat daripada cobaan yang
diberikan saudara-saudaranya pada dirinya. Cobaan yang diberikan oleh
saudaranya adalah cobaan tanpa ada pilihan dari Nabi Yusuf ‘alaihis salam.
Solusinya cumalah bersabar. Sedangkan cobaan yang ia alami dengan Zulaikha yang
mengajaknya berzina adalah cobaan yang ada beberapa faktor pendorong, yang ia
pun atas pilihannya bisa menerjang larangan tersebut. Yang bisa menyelamatkan
Nabi Yusuf adalah iman, takwa dan keikhlasan beliau.
2-
Hanya dengan pertolongan Allah kita bisa selamat dari maksiat.
Ingatlah
kalimat,
لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
“Tidak
ada daya dalam menjauhi maksiat dan tidak ada upaya menjalankan ketaatan
melainkan dengan pertolongan Allah.”
Ibnu
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,
لاَ حَوْلَ عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ إِلاَّ بِعِصْمَتِهِ، وَلاَ
قُوَّةَ عَلَى طَاعَتِهِ إِلاَّ بِمَعُوْنَتِهِ
“Tidak
ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari
Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan
Allah.” (Syarh Shahih Muslim, 17: 25)
3-
Godaan wanita itu sangat dahsyat.
4-
Kalau kita yang berada di posisi Nabi Yusuf, tentu kita sendiri tidak kuat
untuk menghadapi godaan tersebut. Ingat, semuanya hanya dengan pertolongan
Allah.
Semoga
bermanfaat dan menjadi pelajaran berharga.
Referensi:
Tafsir
As-Sa’di. Cetakan kedua, tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir
As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
Zaad
Al-Masiir. ‘Abdurrahman bin ‘Ali bin Muhammad Al-Jauzi (Ibnul Jauzi).
Penerbit Al-Maktab Al-Islami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar