Kawula muda, adalah penurus
kita, harapan yang kita damba. Namun, banyak kita saksikan betapa banyak
problematika hidup yang mereka hadapi, yang sering kali mengantarkan mereka
kepada frustasi sehingga mereka berusaha melampiaskannya dengan berbagai macam
jalan dan cara mulai dari mencari teman yang senasib, minum-minuman keras dan
bahkan pergaulan bebas, yang mana kesemuanya itu
justru menodai kesucian diri mereka.
Jatuhnya para kawula muda ke
dalam penistaan diri tak lepas dari banyak faktor. Satu di antara faktor yang
utama adalah media. Sebut saja misalnya, media komunikasi sosial seperti
Facebook, Twiter, dll, yang dapat diakses sedemikian mudahnya dan sedemikian
bebasnya. Maka, tidak jarang kita mendengar atau membaca adanya kasus
penyimpangan seksual kawula muda berawal dari penggunaan media-media tersebut.
Kondisi ini tentu menjadikan kita para orangtua miris dibuatnya. Meski
demikian, kondisi ini hendaknya tidak menjadikan kita berputus asa untuk
mengentaskan dan menyelamatkan mereka dari kubangan penghancur kesucian diri
mereka ini.
Tentu harapan kita, kawula muda
penerus kita memiliki ketahanan mental dan keteguhan jiwa dan keyakinan seperti
halnya Nabiyullah Yusuf ‘alaihissalam. Dialah cerminan
pemuda yang sedemikian luar biasa dapat mempertahanan kesucian dirinya dalam
kondisi yang sangat memungkinkan dirinya terjerumus dalam kubangan kenistaan
yaitu perzinaan. Maka, marilah kita mengambil pelajaran dari kisahnya yang
Allah sebutkan di dalam kitabNya. Anda bias menyimaknya di dalam Surat Yusuf :
23-34.
Pembaca yang budiman, Adapun
sebagian pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah tersebut
adalah bahwa beberapa perkara yang dengan izin Allah akan memberikan faedah
berupa terselamatkannya kesucian seseorang dari terjatuh ke dalam lembah
kekejian perzinaan yaitu,
Sungguh, Yusuf tengah berada
dalam kondisi menyendiri dengan wanita itu, tak seorang pun melihatnya,
sementara dorongan-dorongan setan sedemikian dahsyat lagi sedemikian banyak.
Namun demikian Yusuf tidak menyerah dengan serang-serangan setan tersebut, ia
pun dapat menepisnya dengan rasa takutnya kepada Allah ‘azza wajalla dan
rasa dirinya berada dalam pengawasannya, ia sangat mngagungkan hakNya, maka
terlontarlah melalui lisannya, “Aku memohon perlindungan kepada Allah,
sesungguhnya tidak akan beruntung orang-orang yang berbuat kezhliman.
Sungguh, alangkah indahnya rasa
takutnya ini dan betapa indahnya akibat tindakannya ini sebagaimana yang
dihabarkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam
hadisnya yang menyebutkan 7 golongan orang yang akan mendapat naungan Allah di
hari di mana tidak ada naungan selain naunganNya, salah satunya yaitu, “Seorang
lelaki yang diminta oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan lagi cantik
untuk melakukan zina, lalu ia mengatakan, “Sungguh aku takut kepada Allah”.
Kedua, Taufiq Allah dan PenjagaanNya
terhadap hambaNya.
Tatkala Allah melihat kejujuran
sikapnya dan kesabaran hatinya, maka Allah memalingkan dirinya dari keburukan
sebagai bentuk penjagaan dirinya dan untuk memuliakannya pula sebagai balasan
baik atas sikap memelihara kehormatan dirinya. Allah ta’ala berfirman,
كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ
عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
“Demikianlah, agar Kami
memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu
termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS. Yusuf : 24)
Ketiga, Lari dari sebab yang
berpotensi menjatuhkan diri ke lembah kemaksiatan.
Tatkala Yusuf melihat pada diri
Zulaikha apa yang telah ia lihat dan Yusuf khawatir atas dirinya, maka Yusuf
pun lari (menjauhkan diri) dari Zulaekha, ia menuju ke pintu kamar dengan
maksud untuk keluar dari kamar yang tertutup itu. Sementara Zulaekha memegang
erat baju Yusuf, Yusuf pun tak kalah meronta untuk melepaskan dirinya, hingga
akhirnya baju bagian belakang Yusuf pun sobek karena saking kuatnya pegangan
Zulaikha dan saking kuatnya upaya Yusuf untuk melepaskan dirinya.
Pembaca yang budiman, upaya
melarikan diri dari kemaksiatan adalah seagung-agung sebab yang akan
mengantarkan seseorang pada keselamatan diri. Upaya melarikan diri dari
kemaksiatan itu beragam bentuknya. Apa yang dilakukan oleh Yusuf tadi hanya
merupakan contoh saja. Bentuk yang lainnya semisal; tidak mendatangi
tempat-tempat yang berisi kemaksiatan, lari dari tindakan berdua-duaan dengan
lawan jenis, menjaga pandangan dari melihat perkara
yang haram untuk dilihat, menjauhkan diri dari mengunjungi situs-situs internet
atau jejaring sosial atau chanel-chanel televisi yang dapat membangkitkan
syahwat. Kesemuanya ini termasuk bentuk melarikan diri dari fitnah.
Dan, termasuk bentuk benarnya
sikap melarikan diri dari kemaksiatan agar kesucian diri terpelihara adalah
dengan seseorang menjauhkan diri dari teman yang buruk yang akan selalu
mengingatkannya untuk melakukan kemaksiatan, mengajaknya bercakap-cakap seputar
kemasiatan, cara-caranya dan sarana-sarana untuk melakukannya, bagaimana cara
untuk dapat melakukannya. Bahkan, ia akan mengulurkan tangannya untuk
memberikan kemudahan kepadanya untuk melakukan kemaksiatan yang diinginkannya.
Maka dari itu, siapa yang menginginkan keselamatan, hendaknya ia berkawan
dengan orang-orang yang bertakwa, menempati lingkungan yang baik sebagaimana
dikatakan oleh seorang yang alim terhadap seorang yang telah membunuh 100
orang,
ودع أرضك هذه فإنها أرض
سوء واذهب إلى أرض كذا فإن فيها قوما يعبدون الله تعالى فاعبد الله معهم
“Dan tinggalkan daerahmu ini,
karena ia adalah daerah yang buruk. Pergilah ke daerah demikian, kerena di sana
terdapat sekelompok orang yang menyembah Allah ta’ala, sehingga
engkau bisa melakukan ibadah kepada Allah bersama dengan mereka.”
Keempat, Doa dan bersandar kepada
Allah.
Sungguh, hati seorang hamba
berada di antara jari-jemari Ar-Rahman (Allah subhanahu
wata’ala), Dia membolak-balikkannya sekehendakNya. Dia mampu untuk
memberikan ketetapan dalam hati Anda dan mampu pula untuk memalingkan keinginan
orang-orang jahat dari melakukan kejahatannya kepada Anda. Taufiq, semuanya
berada di dalam genggaman tanganNya. Sementara sebab kehinaan terdapat pada
seseorang hamba bersandar hanya kepada dirinya semata. Sungguh, Yusuf
mengetahui dan memahami hal ini, maka ia pun segera bersandar ke benteng
pertahanan yang kokoh, yaitu Allah ta’ala.
وَإِلَّا تَصْرِفْ
عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ (33)
فَاسْتَجَابَ لَهُ رَبُّهُ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ
الْعَلِيمُ (34)
“(Yusuf berkata) dan jika tidak
Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk
(memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang
bodoh.”Maka Tuhannya memperkenankan doa Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari
tipu daya mereka. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.” (QS. Yusuf : 33-34)
Oleh karena itu, jika Anda
menginginkan terjaga dari dosa dan kemaksiatan serta keburukan, hendaklah Anda
berpegang teguh dengan rabb Anda.
وَمَنْ يَعْتَصِمْ
بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Barangsiapa yang berpegang
teguh kepada (agama) Allah, Maka Sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada
jalan yang lurus.” (QS. Ali Imran : 101)
Kelima, Tidak menyepelekan bahaya
sebuah kemaksiatan
Sungguh, seorang yang mulia
tatkala memandang bahwa “perbuatan keji” merupakan perkara yang besar lagi
membahayakan, ia juga berfikir tentang betapa besarnya siksa di akhirat niscaya
akan terasa ringan akibat di dunia. Oleh karenanya, Yusuf memilih (dimasukkan
ke dalam) penjara beserta kegetiran kehidupan di dalamnya ketimbang ia mengoyak
kehormatan sesuatu yang tidak halal baginya, atau melampiaskan hasrat biologis
bukan pada tempatnya. Ia menegaskan,
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ
أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ
“Yusuf berkata : “Wahai
Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku”.” (QS. Yusuf : 33)
Keenam, Berpegang teguh dengan keimanan.
Sungguh keimanan akan
memelihara dan menjaga pemiliknya. Di antara bentuk penjagaan Allah adalah
penjagaannya terhadap agama seseorang, urusan dunianya, keluarganya serta
urusan akhiratnya. Tidaklah Yusuf terpelihara kesucian dirinya melainkan karena
keimanannya yang benar kepada rabbnya, serta kejujurannya terhadapNya. Allah
menginformasikan hal tersebut,
إِنَّهُ مِنْ
عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
“Sesungguhnya Yusuf itu
termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS. Yusuf : 24)
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar